Sabtu, 06 Oktober 2012
MEMISAHKAN DANA USAHA & PRIBADI
Salah satu tantangan dalam merintis usaha adalah bagaimana bijak mengelola dana yang ada. Mengurus hal satu ini dapat menyulitkan dan menjadi masalah tersendiri bagi sebagian orang.
Terlebih bagi wirausaha yang belum memiliki pengalaman untuk mengelola dana usaha dan keuangan pribadi. Salah-salah semua menjadi campur aduk dan membuat kepala pening setiap hari.
Pasalnya, dana kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pribadi lainnya ditutupi dari pos dana usaha. Jangan heran apabila pengembangan usaha mandek karena dananya disedot kebutuhan pribadi.
Perencana keuangan dari Syafa Consulting Rina N. Sandy mengamati sebagian besar orang yang merintis usaha kerap menomorduakan pembukuan. Padahal, pembukuan yang apik, jelas mengatur semua pemasukan dan pengeluaran terperinci akan memudahkan pengembangan usaha.
"Biasanya mereka memakai keuntungan usaha itu untuk kebutuhan pribadi. Makanya muter aja terus, tidak jelas."
Pembukuan membantu menjelaskan perputaran uang yang masuk dan keluar dan detil alokasinya. Apakah digunakan untuk keperluan pribadi atau kepentingan usaha.
Sebelum memulai usaha sebaiknya dipersiapkan secara matang dana yang digunakan untuk menutup kebutuhan pribadi selama dia merintis usaha. Setelah itu baru merancang keperluan yang dibutuhkan untuk usaha, berhitung berapa besar modal yang digunakan dan dana alternatif yang dicadangkan untuk keperluan usaha.
"Sebaiknya dipikirkan kalau kurang modal bagaimana, apakah nanti minjam uang atau menjual investasi yang dimiliki atau bisa saja menyedot dana dari investor baru. Jadi, setelah usaha jalan tidak melibatkan pos keuangan pribadi."
Persiapan keamanan dana pribadi ketika merintis usaha merupakan tameng dari kesulitan keuangan yang dapat terjadi apabila usaha seret di tengah jalan. Potensi mengambil dana pribadi untuk menambal kebutuhan usaha yang menggunung dapat menjadi sumber malapetaka keuangan pribadi pada kemudian hari.
"Banyak orang yang melakukan apa pun untuk menggerakkan operasional bisnis, selama dilihat usaha itu nanti akan mendatangkan keuntungan usaha. Ya jatuhnya, merintis usaha memakai dana dari pos pribadi."
Campur aduk
Celakanya apabila keuangan pribadi campur aduk dengan dana usaha, pada saat keuntungan bisnis tidak juga didapatkan maka keuangan pribadi juga akan lumpuh. Korban nomor satu jelas keluarga.
Masa awal merintis usaha merupakan salah satu masa kritis dan merupakan hal wajar apabila masih merugi. Namun, beban operasional akan berjalan terus kendati merugi, mau tidak mau pos keuangan pribadi dijadikan sasaran apabila tidak sejak dulu dipersiapkan secara matang.
"Pada waktu usaha berhenti di tengah jalan sebelum mendapatkan untung, ya dua-duanya rugi, usaha tidak jalan sementara uang keluarga juga habis. Kerugian itu bisa saja merembet, kebutuhan keluarga tidak terpenuhi, misalnya, membayar uang sekolah tidak bisa karena dananya sudah dipakai."
Pengusaha yang bergerak di bidang makanan cepat saji Yanty Isa mengisahkan bagaimana dia mendisplinkan diri pada masa awal merintis bisnis. Wirausahawan lulusan ITB tersebut merangkak dari bawah membesarkan bisnis yang dimulainya di rumah.
"Saya tahan-tahanin sengsara karena fokus pada visi dan misi usaha, yakni terus mengembangkan usaha. Saya yakin ujian yang bersifat sementara," tutur perempuan berjilbab itu.
Kendati keuntungan usaha sudah mulai memenuhi koceknya, perempuan yang dulu hanya mampu menggaji 40 karyawan dan kini membawahi 800 karyawan tersebut banyak menahan diri.
Dia baru memutuskan keluar dari rumah dan membuka tempat usaha baru setelah 7 tahun merintis bisnis yang salah satunya diberi nama PT Magfood Inovasi Pangan. Alat transportasinya juga menyewa.
"Intinya, jangan mencampuradukkan dana usaha dan pribadi. Fokus pada cash in dan invetasikan pada pengembangan usaha."
Rina menekankan selain pembukuan sebaiknya dibuat rekening terpisah antara usaha dan pribadi. Kendati di dalam perjalanan dana pribadi diambil untuk menggerakkan roda usaha tetapi harus dijelaskan statusnya.
"Harus jelas itu statusnya pinjaman atau apa, nah uang pribadi yang masuk ke situ juga harus jelas bersifat pinjaman atau tidak. Apakah nantinya harus mengembalikan atau itu penyertaan modal," tutur Rina menutup pembicaraan. (noerma.sari@bisnis.com)
Noerma Komalasari
Sumber: Bisnis Indonesia
Career Tips Thu, 11 Jun 2009 14:00:00 WIB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar